Minggu, 25 Januari 2009

PERLUNYA MANAGEMEN TELUK KENDARI YANG YANG RAMAH LINGKUNGAN DAN BERKELANJUTAN

Oleh :

Muslim Tadjuddah

Tulisan ini diawali dengan pertanyaan Teluk Kendari sebagai asset atau beban bagi Pemerintah Kota… …?

Akhir-akhir inii terjadi polemik antara pemkot dengan legislatif tentang pembangunan sebuah SPBU di kawasan teluk kendari bagaimana pengelolaan teluk kendari yang berkelanjutan

Keberadaan teluk kendari dalam kotamadya kendari merupakan asset daerah sekaligus kebanggaan warga kota kendari selain dapat dimanfaatkan sebagai sarana transportasi laut, pariwisata dan budidaya laut dapat juga difungsikan sebagai sumber pemasok pendapatan asli daerah (PAD) yang nantinya dapat memacu pertumbuhan ekonomi daerah serta ikut menciptakan lapangan kerja masyarakat terutama yang bermukim disepanjang pesisir dan teluk kendari .

Teluk Kendari dan Permasalahannya

Teluk Kendari yang telah menjadi Icon Kota Kendari sekaligus menjadi kebanggaan warga masyarakat Kota Kendari dihadapkan pada permasalahan-permasalahan :

1. Sedimentasi atau pendangkalan teluk kendari menurut penelitian Bapeda Sultra sedimentasi sudah termasuk pada 2,59 ton / tahun hal ini dipengaruhi oleh penggundulan hutan nanga-nanga (papalia) nipa-nipa, tahura murhum dan banyaknya pemotongan atau pengerukan bukit dibeberapa tempat dikota kendari.

2. Terjadinya kerusakan Marine biodiversity yang ada diteluk kendari selain karena proses sedimentasi pantai secara terus-menerus juga karna adanya konversi hutan mangrove yang beralih fungsinya

3. Makin menipisnya hutan mangrove, sebagai ilustrasi luas hutan mangrove diteluk kendari tahun 1960, 542,58 ha dan pada tahun 1995 luasnya tinggal 69,85 ha, hutan mangrove selain berfungsi sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan , tempat pemijahan dari berbagai biota juga berfungsi sebagai penahan abrasi pantai dan penyerap limbah.

4. Tingginya reklamasi pada wilayah pesisir teluk Kendari,contohnya dikelurahan Lapulu(saat gubernur Drs. H Laode Kaimuddun) untuk pemukiman nelayan transmigrasi yang akhirnya proyek itu gagal, Pembangunan Pasar hygienis dan kawasan perbelanjaan teluk Kendari dan limbah yang dihasilkan dari rumah tangga yang bermuara di teluk kendari.

Menurut hasil penelitian terjadi pendangkalan teluk yang cukup signifikan setiap tahunnya yang disebabkan oleh aktifitas pembangunan, sedimentasi alami seperti kehilangan tanah akibat erosi di daerah tangkapan air teluk dan akibat pengendapan sampah. Akibatnya kondisi teluk saat ini terlihat semakin kehilangan fungsinya, misalnya pada konversi hutan mangrove/bakau menjadi areal pemukiman masyarakat seperti terlihat pada daerah sekitar by pass tapal kuda dan saat ini lagi marak dilakukan pembangunan Pasar Ikan Higienis oleh Pemerintah Kota Kendari.

Menurut data hasil pengukuran batymetri yang dilakukan oleh Dishidros TNI-AL volume teluk pada tahun 1995 sebesar 27.225.000 m³ dengan luas areal 1.125 ha kemudian selang lima tahun kemudian yaitu pada tahun 2000 volume teluk kendari telah menjadi 23.424.800 m³ dengan luas areal 1.084 ha. Bayangkan dalam tempo waktu lima tahun saja kita telah kehilangan areal teluk Kendari sebesar 41 ha. Bagaimana Kondisi Teluk Kendari 10 tahun kedepan, 20 tahun kedepan bahkan 50 tahun kedepan. Oleh karena itu di butuhkan kepedulian dari Pemerintah Kota Kendari untuk menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ramah lingkungan dengan memperhatikan sumberdaya alam yang berada disekitarnya.

Menghadapi kenyataan ini perlu dicarikan solusi dari permasalahan Teluk Kendari saat ini. Karena Teluk Kendari memiliki karakteristik yang khas terutama pada sistem arus dan pola pasang-surut yang berada di perut teluk yang menyebabkan tingginya sedimentasi. Akan lebih baik bila kita dapat mempelajari data tersebut secara konferehensif untuk dianalisis 5 hingga 10 tahun yang lampau dan hingga saat ini tentunya. Sehingga akan didapatkan fenomena pesisir Teluk Kendari yang terbaik. Selanjutnya baru dapat disusun beberapa alternatif untuk mengurangi dampak tersebut sehingga tidak berakibat terjadinya abrasi yang sangat luar biasa.

Penulis menawarkan solusi alternatif yang ekonomis dan ramah lingkungan dengan metode pemanfaatan kawasan bermangrove, artinya dengan mengembalikan jalur hijau sepanjang garis pantai pada kawasan-kawasan tertentu dengan melakukan penanaman kembali pohon mangrove dengan harapan nantinya akan berfungsi sebagai pelindung pantai dari endapan limpur dan sampah-sampah dari masyarakat yang menyebabkan sedimentasi.

Seperti diketahui hutan mangrove sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove berfungsi antara lain sebagai pelindung dari abrasi, penahan lumpur dan perangkap sedimen, penghasil sejumlah detritus dari daun dan dahan pohon mangrove, daerah asuhan (nursery grounds), mencari makan (feeding grounds), dan pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya, pemasok larva ikan, udang dan biota lainnya dan tempat pariwisata (Bengen, 2001). Hal ini didukung dengan kemampuan adaptasi yang tinggi dari pohon mangrove yang disebabkan karena pohon mangrove mampu beradaptasi terhadap kadar oksigen rendah, kadar garam tinggi, tanah yang kurang stabil dan adanya pasang-surut. Disamping untuk memperkokoh pohon, akar mangrove juga berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen.

Selanjutnya data mengenai kondisi biotik meliputi bagaimana kerapatan penutupan lahan yang diperlukan oleh mangrove, pola tanam yang dapat dilakukan, dan jenis pohon mangrove yang jadi pilihan untuk digunakan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan atau dikaji pada alternatif ini. Selain itu aspek sosial ekonominya juga tidak ketinggalan harus menjadi perhatian. Mengrove memerlukan waktu lama untuk dapat berfungsi sebagaimana yang diinginkan. Bila telah berfungsi khususnya sebagai penahan laju sedimentasi, Untuk itu aspek sosial budaya masyarakat sekitar perlu diperhatikan dan bila perlu dibina untuk dipersiapkan sedini mungkin. Misalnya dengan melibatkan peran sertanya dari awal pelaksanaan penanaman jalur hijau sepanjang pantai dengan mangrove ini. Akan banyak fungsi lain secara tidak langsung akan dinikmati oleh warga masyakarat sekitar Teluk Kendari dan Pemerintah Kota Kendari apabila mangrove yang ditanami telah berfungsi.

Dengam komplesitasnya permasalaahan yang ada diteluk Kendari maka dipandang perlu semua stakeholder yang terkait baik pihak pemkot,perguruan tinggi,LSM dan semua unsure masyarakat untuk duduk bersama guna menyatukan visi dan misi mengenai bagaimana managemen Teluk Kendari yang yang ramah lingkungan dan berkelanjutan kedepan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar